Sumber :
http://disdik.pesisirselatan.go.id

Dalam dimensi agama Islam, karakter berkaitan dengan akhlak. Secara etimologis, kata
akhlak berasal dari bahasa Arab
al-akhlaq yang merupakan bentuk jamak dari kata
khuluq yang
berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau tabiat. Sinonim dari
kata akhlak ini adalah etika, moral, dan karakter. Sedangkan secara
terminologis, akhlak berarti keadaan gerak jiwa yang mendorong ke arah
melakukan perbuatan dengan tidak menghajatkan pikiran. Inilah pendapat
yang dikemukakan oleh Ibnu Maskawaih. Sedang al-Ghazali mendefinisikan
akhlak sebagai suatu sifat yang tetap pada jiwa yang daripadanya timbul
perbuatan-perbuatan dengan mudah, dengan tidak membutuhkan kepada
pikiran.
Akhlak merupakan salah satu dari tiga kerangka dasar ajaran Islam
yang memiliki kedudukan yang sangat penting, di samping dua kerangka
dasar lainnya, aqidah dan syariah. Nabi Muhammad Saw. dalam salah satu
sabdanya mengisyaratkan bahwa kehadirannya di muka bumi ini membawa misi
pokok untuk menyempurnakan akhlak manusia yang mulia. Nabi Muhammad
Saw. bersabda:
Artinya: “Aku hanya diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia”. (HR. Ahmad).
Keharusan menjunjung tinggi akhlak karimah lebih dipertegas lagi oleh
Nabi Saw. dengan pernyataan yang menghubungkan akhlak dengan kualitas
kemauan, bobot amal, dan jaminan masuk surga. Sabda Nabi Saw. yang
diriwayatkan oleh Abdullah Ibn Amr:
Artinya: “
Sebaik-baik kamu adalah yang paling baik akhlaknya … (HR. al-Tirmidzi).
Dalil-dalil di atas
menunjukkan bahwa akhlak Islam bukan
hanya hasil pemikiran dan tidak berarti lepas dari realitas hidup,
melainkan merupakan persoalan yang terkait dengan akal, ruh, hati, jiwa,
realitas, dan tujuan yang digariskan oleh
akhlaq qur’aniah. Dengan demikian akhlak karimah merupakan sistem perilaku yang diwajibkan dalam agama Islam melalui nash al-Quran dan Hadis.
Allah menjadikan Nabi Muhammad sebagai teladan yang terbaik yang
harus dicontoh sikap dan perilakunya. Terkait dengan ini Allah Swt.
berfirman:
Artinya: “Sesungguhnya telah ada pada (diri)
Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang
mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak
menyebut Allah.” (QS. al-Ahzab (21): 21).
Allah memilih Nabi Muhammad SAW. sebagai teladan terbaik karena
keluhuran budi atau akhlaknya. Semua yang diperintahkan Allah dalam
al-Quran selalu pasti dilaksanakan oleh Nabi dan yang dilarang Allah
dalam al-Quran pasti dijauhi Nabi.
Sifat-sifat khusus (akhlak) yang dimiliki oleh Nabi Muhammad Saw. maupun para nabi dan rasul yang lain adalah:
- Shiddiq, yang berarti jujur. Nabi dan rasul selalu jujur dalam perkataan dan perilakunya.
- Amanah, yang berarti dapat dipercaya dalam kata dan perbuatannya.
- Tabligh, yang berarti menyampaikan apa saja yang diterimanya dari Allah (wahyu) kepada umat manusia.
- Fathanah, yang berarti cerdas atau pandai, sehingga dapat mengatasi semua permasalahan yang dihadapinya.
- Ma’shum, yang berarti tidak pernah berbuat dosa atau
maksiat kepada Allah. Sebagai manusia bisa saja nabi berbuat salah dan
lupa, namun lupa dan kesalahannya selalu mendapat teguran dari Allah
sehingga akhirnya dapat berjalan sesuai dengan kehendak Allah.
Akhlak Rasulullah tersebut menjadi dasar pelaksanaan pendidikan
berkarakter islami di sekolah. Bagaimana sekolah menjadi lembaga
pembinaan peserta didik sehingga menjadi manusia yang berakhlak dan
berbudi pekerti yang mulia. Metode pelaksanaannya di sekolah harus
disesuaikan dengan keadaan sekolah, lingkungan masyarakat dan kesiapan
lembaga sekolah tersebut karena. Untuk pelaksanaan pendidikan
berkarakter islami ini, seluruh aspek dan sendi-sendi sekolah harus
sudah dimulai dengan kehidupan yang islami, mulai dari dasar dan dari
awal hingga akhir.
Pengembangan pendidikan berkarakter islami dapat dilakanakan dengan memperhatikan beberapa prinsip.
- Identifikasi akar filosofis
Sebelum memulai, teliti dan pelajari terlebih dahulu akar filosofis
permasalahan yang ada di sekolah. Pelajari keadaan, kesiapan, niat dan
keseriusan seluruh komponen sekolah dalam melaksanakan pendidikan
berkarakter islami ini. Selanjutnya rancang sebuah konsep yang
disesuaikan dengan keadaan skolah. Persiapkan segala sesuatu dan segala
kemungkinan yang mngkin terjadi.
Guru adalah faktor kunci dalam pelaksanaan pendidikan berkarakter
islami di sekolah. Keseriusan guru bukan hanya pada pelaksanaan di kelas
dan dalam pembelajaran, namun juga dalam kehidupan dan pergaulan di
lingkungan sekolah dan masyarakat. Jadi guru benar-benar harus
melaksanakan karakter islami pada dirinya sebelum menerapkannya kepada
peserta didik.
Pendekatan pembelajaran yang islami tidak bisa dipisahkan dengan
kedekatan pada Al-quran. Al-quran harus menjadi sahabat dalam kehidupan
guru dan siswa. Membaca dan mempelajari Al-quran merupakan bagian wajib
dalam pembelajaran dan kehidupan. Al-quran akan menjadi penuntun utama
dalam pelaksanaan ajaran islam dalam kehidupan.
- Masjid sebagai pusat kegiatan
Berbicara tentang kehidupan keislaman tidak bisa dipisahkan dar
masjid. Pelaksanaan pendidikan berkarakter islami harus dimulai dari
kedekatan siswa dengan masjid. Masjid harus dijadikan sebagai pusat
segala kegiatan. Pembelajaran diawali dan dipusatkan dari masjid,
sehingga nuansa keislaman akan melekat dalam lingkungan sekolah. Masjid
harus berada di tempat yang strategis dan pengelolaan masjid harus
optimal sehingga setiap kegiatan berjalan dengan lancar.
Dalam pergerakan mempersiapkan dan melaksanakan pendidikan berkarakter islami di sekolah sangat tergantung pada pemain kunci (
key player).
Seorang penggerak yang gigih dan serius sangat dibutuhkan dalam
melaksanakan perubahan yang sangat mendasar pada sebuah sekolah ini.
Pemain kunci ini haruslah seorang yang benar-benar memahami keadaan
sekolah dan lingkungan sekitar serta paham dan memiliki program yang
jelas dan tertata serta terencana dengan baik sehingga dapat
menggerakkan komponen sekolah yang lain dalam pelaksanaan pendidikan
berkarakter islami dan mempertahankannya.
- Mobilitas vertikal dan horizontal
Pergerakan pelaksanaan pendidikan berkarakter islami tidak hanya
dilaksanakan di sekolah, namun juga harus ada pergerakan secara vertikal
dan horizontal. Masyarakat dan lingkungan harus dirangkul dan harus
dibuat mendukung sepenuhnya. Ini sangat mempengaruhi kesuksesan
pelaksanaan dan mempertahankan pendidikan berkarakter islami. Selain itu
tidak kalah penting para pemangku kepentingan yan harus dibuat
mendukung penuh, baik dari segi moril, kebijakan maupun pendanaan,
karena tanpa hal tersebut akan banyak kendala yang dihadapi. Jadi
mobilitas secara vertikal dan horizontal harus dipertahankan dan terus
dilaksanakan.
Kerjasama sangat diperlukan dalam pelaksanaan pendidikan berkarakter
islami. Dalam proses pendidikan harus ada kerjasama dengan lembaga
terkait yang dapat menyokong pelaksanaannya. Misalnya dalam pendidikan
Al-quran dan keislaman, harus bekerjasama dengan lembaga Al-quran dan
keislaman untuk mendidik siswa maupun guru. Begitupun untuk pembentukan
akhlak, watak dan kepribadian.
Asrama adalah salah satu komponen penting dalam pembinaan pendidikan
berkarakter islami, namun asrama bukan hal yang wajib. Adanya asrama
sangat mendukung karena dengan tinggalnya siswa dan guru di asrama,
pendidikan dapat dilakukan secara menyeluruh dalam segala segi
kehidupan siswa.
(Dukutip dari berbagai sumber dengan perubahan seperlunya)
Pengirim : Tomi Tridaya Putra
Tidak ada komentar:
Posting Komentar